Menyusun Puzzle dengan Benar untuk Melanjutkan Hidup

Setahun sudah (lebih bahkan) aku berusaha move on dari suatu kegagalan. Ini tidak mudah. Ini lebih berat dari yang kubayangkan sebelumnya.

Lagu-lagu yang dulu kudengarkan untuk membuatku bahagia, sekarang sudah tak pernah kudengarkan lagi. Bahkan mendengar sekilas dari YouTube saja sedih sekali. Air mata keluar. Aku tidak tahu kapan aku akan siap dan mau mendengarkannya lagi.

Aku masih menganggap mereka bagus dan indah, tapi bukan berarti bisa membuatku senang. Tidak lagi. Tidak seperti dulu.

Aku tidak tahu kapan aku siap mendengarkan mereka lagi. Atau bahkan bakal mendengarkan lagi di masa depan. Memikirkannya saja sudah membuatku sedih. Aku juga tidak sanggup menulis apa judul-judul lagu tersebut di sini.


Daftar isi

Aku cuma sanggup bercerita ke satu orang sahabatku. Aku terlampau malu dan merasa bodoh. Bahkan untuk mulai bercerita ke dia saja butuh waktu berbulan-bulan untuk mau terbuka. Walau di obrolan telepon kenyataannya dia tidak menghakimi. Dia langsung menasihati.

Walau sebenarnya aku tidak begitu membutuhkan nasihat karena cuma pingin didengar, aku menghargainya. Aku yakin dia bermaksud baik. Lagipula, hanya dia tempat aku menceritakan hal ini. Satu-satunya. Lagi, aku terlalu malu untuk menceritakan ini bahkan kepada keluargaku sendiri.

Seorang pria gadis yang melalui duka dengan mencuci piring

Lalu sesuatu yang tidak kusangka terjadi. Suatu hari aku mendapatkan paket dari toko online. Dari toko buku. Aku bertanya-tanya, karena aku sedang tidak pesan apa pun saat itu. 

Waktu kubuka, ternyata isinya dua buku. Topiknya sangat reflektif. Salah satu buku itu berjudul Seorang Pria yang Melalui Duka dengan Mencuci Piring. Penulisnya adalah dr. Andreas Kurniawan, Sp.KJ. 

Rekomendasi buku Seorang Pria yang Melalui Duka dengan Mencuci Piring, panduan reflektif untuk proses move on dari duka dan patah hati.
Buku reflektif ini bantu kamu move on dengan lebih tenang.
Simak review singkat Seorang Pria yang Melalui Duka dengan Mencuci Piring di artikel ini.

Waduh, nggak salah lagi, ini pasti sahabatku yang ngirimin. Seketika aku terharu. Rupanya dia begitu peduli. Aku nggak menyangka sama sekali dia bakal membelikan buku buat aku. Niatku, aku bercerita ke dia cuma ingin curhat, karena aku merasa terbebani dan cuma dia tempat aku berani cerita.

Baca juga: Cookie Jar untuk Mengatasi Depresi

Buku ini secara eksplisit memang menceritakan soal duka kehilangan karena orang terdekat meninggal, tapi buku ini kurasa lebih dari itu. 

Buku ini cocok dibaca oleh siapa pun yang sedang sedih. Bukan hanya karena kehilangan seseorang, tapi juga mungkin hewan peliharaan, kehilangan kesempatan, kehilangan pekerjaan, dan patah hati lainnya. Intinya tentang kehilangan dan rasa duka.

“Cuci piring itu seperti berduka. Tidak ada orang yang suka melakukannya, tapi pada akhirnya, seseorang harus melakukannya.”      — dr. Andreas Kurniawan

Kutipan ini menohok sekali. Membuatku sadar, mungkin memang ini saatnya aku harus menghadapi rasa sakit ini, bukan terus menghindar.

Menyusun puzzle dengan benar untuk melanjutkan hidup

Ada salah satu bagian dari buku ini yang membuat aku merenung, yaitu tentang puzzle.

Ibarat puzzle, hidup kita ini terdiri dari kepingan-kepingan. Ada kalanya kita salah dalam menaruh potongan puzzle. Kita tidak menaruhnya di tempat yang tepat.

Ketika kita menyadari telah menaruh potongan di tempat yang salah, apa yang akan kita lakukan?

Yap. Benar. Kita akan mengambil lagi potongan tersebut, berpikir seharusnya ditaruh di mana, lalu meletakkannya di tempat yang seharusnya. Memang akan butuh lebih banyak waktu untuk itu, tapi toh biasanya kita tetap akan melakukannya.

Bagaimana kalau kita biarkan saja? Bisa. Bisa saja kita memaksakan untuk menaruh potongan-potongan di tempat yang tidak seharusnya. Tapi apa yang akan terjadi?

Baca juga: Apakah Selama Ini Aku Sombong?

Puzzle akan terlihat jelek. Bahkan tidak terselesaikan dengan baik karena pasti ada potongan-potongan lainnya yang terdampak. 

Dari hanya satu potongan yang terlihat jelek, menyusul potongan-potongan lainnya. Bukan hanya bikin terlihat jelek, tapi juga tidak terlihat sebagaimana harusnya.

Nah, itulah analogi dari bagian yang tak menyenangkan yang terjadi dalam hidup. 

Kita memaksakan apa yang lebih kita inginkan terjadi pada hidup. Kita memaksakan satu potongan puzzle itu untuk pas di suatu tempat yang kita inginkan, padahal bukan di situ tempatnya. 

Tempat itu adalah milik potongan puzzle yang lain. Dan potongan puzzle yang kita paksakan itu akan lebih tepat jika ditaruh di tempat lain. 

Mungkin saat ini kita menganggap bahwa hal yang kita inginkan itu harus ada di tempat yang kita tentukan. Mungkin saat ini kita melihatnya bagus-bagus saja, tidak terlihat jelek ada di tempat tersebut.

Namun jika kita mau ‘mengalah’ dan membiarkan hal yang seharusnya terjadi agar terjadi, saat itulah kita bisa melihat keindahannya. 

Filosofi puzzle untuk melanjutkan hidup: ilustrasi visual dari analogi move on dalam buku Seorang Pria yang Melalui Duka dengan Mencuci Piring.
Hidup itu seperti puzzle. Move on dimulai dari menata ulang kepingan yang salah tempat.

Potongan puzzle tersebut terlihat lebih bagus dan cocok di tempat barunya. Dan tempat puzzle yang tadi terlihat lebih pas dimasuki potongan puzzle yang lain. 

Tanpa memaksakan apa pun. Kita memberi tempat untuk sesuatu di tempat yang sudah seharusnya. Dan bergerak memberi tempat untuk sesuatu yang lain.

Yuk, pindahkan kepingan puzzle kita ke tempat yang benar

Bagi kamu yang sedang berjuang melewati duka, aku berharap kedukaan kamu bisa segera teratasi.

Karena jujur saja, sampai sekarang aku belum bisa sepenuhnya melewati duka ini. Aku masih belajar. Jadi aku nggak akan kaget kalau kamu juga merasa ini masih terlalu berat untuk dilewati.

Aku paham. Dan menurutku ini manusiawi. Proseslah perasaan kalian dengan baik dan perlahan jika memang tidak bisa cepat. 

Kalau kamu merasa stuck, mungkin kamu bisa mulai dari hal kecil. Baca review buku Seorang Pria yang Melalui Duka dengan Mencuci Piringbaca bukunya langsung, atau tuliskan perasaanmu. Bisa juga mulai dengan mencari tips biar cepat move on dari hal-hal sederhana di sekitarmu.

Ilustrasi harapan dan pertumbuhan untuk membantu proses move on dari kehilangan, inspirasi dari buku Seorang Pria yang Melalui Duka dengan Mencuci Piring.
Move on itu proses—pelan tapi penuh harapan. 🌱 Yuk mulai dari hal kecil.

Yang penting kamu memiliki keinginan untuk merasa lebih baik dan sedang bergerak ke arah situ. Namun jika tidak, aku sangat berharap kamu bisa segera mencari pertolongan profesional.

Anyway, filosofi puzzle tadi cukup membantuku untuk mencerna keadaan. Mungkin sekarang kita ogah-ogahan menempatkan satu kepingan di tempat yang seharusnya, itu tak masalah. Kita semua tahu kalau move on itu butuh proses.

Satu yang perlu kamu tahu: Begitu kamu sudah menempatkan satu kepingan itu di tempat yang seharusnya, maka tempat yang sekarang kosong akan ada yang mengisi. Dan kali ini, insya Allah, akan ditempati oleh kepingan yang seharusnya.

Dan ketika itu terjadi, maka keseluruhan puzzle kita akan terlihat lebih, lebih cantik atas izin Tuhan.

Masya Allah…

0 comments

Mengundang pembaca untuk berkomentar. Gunakan kata yang santun. Komentar yang tidak baik atau spam akan dihapus.